Friday, February 22, 2013

Malaysia [Part 3]: Melacca “World Heritage City”

Catatan perjalanan Kuliah Kerja Lapangan III Prodi Pembangunan Wilayah UGM di Malaysia dengan tema "Urban Management Based on Community Development" Tahun 2011

“Sesungguhnya ilmu itu lebih baik daripada harta. 
Ilmu menjaga akan menjagamu, sedangkan akan kau jaga. 
Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. 
Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu itu bertambah nila dibelanjakan” 
– Ali Bin Abi Thalib
Melacca Dutch Square
Jika Anda suka wisata sejarah dan bangunan – bangunan bersejarah (heritage), maka Kota Melaka tidak boleh dilewatkan! Anda akan melihat bagaimana pemerintah Malaysia membuat seisi kota menjadi tujuan wisata yang cukup populer di dunia.

Sebenarnya bisa dibilang kami bisa berkunjung menikmati keindahan tempat ini karena beruntung memiliki salah satu alumni kampus yang bersedia memfasilitas bus kantor secara gratis mengingat harga bus pariwisata dari Kuala Lumpur menuju Melaka cukup mahal.. klo g salah sekitar RM 3000 (Rp 9.000.000,- dg kurs Rp 3000,- / RM). Klo pun ada yang mau studi pariwisata di sana, hanya tim KKL tema Pariwisata bimbingan Dr. Baiquni, MA. yang berangkat. Intinya jika ada niat pasti ada jalan! 
It’s real and we thankful to Allah...

Kota Melaka berada di 148 km sebelah selatan kota utama malaysia, Kuala Lumpur dan dekat dengan Kota yang banyak sekali dihuni oleh orang Indonesia di Malaysia, Kota Johor. Ya klo dari Indonesia bisa nyebrang dari Kota Pekanbaru. 

Sejarahnya nih... karena keberadaan kota ini yang cukup strategis yaitu berada di Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan lau dunia sebelum menuju Singapura, kota ini menjadi rebutan beberapa negara kolonial seperti Portugis, Belanda, Inggris hingga Jepang. Kota ini dulunya ditemukan karena adanya perluasan kekuasaan Kerajaan besar Indonesia silam, Kerajaan Majapahit sehingga Raja Singapura perlu membangun pelabuhan baru yang strategis. Tuh kan keren Indonesia... hehe...

Ciri khas kota ini adalah bangunan – bangunan bersejarah yang berwarna merah maroon (ga terlalu cerah and g terlalu gelap). Sejak tahun 2008 UNESCO menetapkan beberapa bangunan di Kota Melaka sebagai the world heritage sites seperti Borobudur di Indonesia dan keberadaan sungai membelah kota seperti sungai Venice di Italy.
Melacca river

Bangunan dan tempat yang populer untuk dikunjungi apa aja sih?

Chirst Cruch Melaka

Dibangun tahun 1753 dengan arsitektur gereja model Belanda.  Lokasinya tepat berada pusat area Belanda di Melaka (Melacca Dutch Square) ketika pertama kali pengunjung datang sehingga gereja ini biasanya menjadi bangunan bersejarah pertama yang dilihat.

Tan Beng Swee Clocktower


Jam Menara ini adalah pemberian Tan Jiak Kim sebagai permintaan ayahnya, Tan Beng Swee untuk rakyat Melaka pada tahun 1886 (Model jam asli diimpor dari Inggris). Namun pada tahun 1982 sempat ada sedikit ketegangan yang disebabkan oleh pemberian jam baru dari Seiko-K Hattori & Co. Ltd Japan untuk menggantikan jam yang asli. Penolakan dari penduduk Melaka menyebabkan keaslian jam menara masih terjaga dan jam pemberian dari Jepang disimpan di Museum Melaka.

Francis Xavier Chruch

Gereja ini dibangun oleh pendeta Perancis dengan model gereja Ghotic yang lazim ada di Eropa pada tahun 1849. Gereja ini didedikasikan untuk pendeta St. Francis Xavier yang telah menyebarkan Agama Katholik di negara – negara Asia Tenggara selama abad 16.

Fort A Famosa



Dibangun oleh Portugis pada tahun 1511 dan sempat mengalami kerusakan yang cukup parah saat Belanda menginvasi Kota Melaka. Pada tahun 1808, rencana pemerintah Inggris untuk menghancurkan benteng ini ditolak oleh Sir Stanford Raffles yang mempunyai pengaruh cukup besar di Asia Tenggara saat itu. So... kita bisa lihat hingga sekarang J

St. Jhon’s Fort


Dibangun oleh Belanda pada abad 18. Benteng ini berada di atas bukit sehingga senjata meriam Cannons dari benteng dapat melindungi Kota Melaka dari musuh yang menyerang pelabuhan.

Melacca Islamic Museum 



Bangunan ini dibangun pada tahun 1950 untuk mengenang perkembangan Islam di Semenanjung Malaka dan wilayah Asia Tenggara. Museum ini berada di dekat Melaka Dutch Square sebelah utara.

Tamil Methodist Church




Gereja ini dibangun pada tahun 1908 dengan nama asli Kabu Methodist Church karena berada di Jalan Kabu. Gereja ini juga ditetapkan oleh UNESCO sebagai The World Heritage Site.

Portuguese Ship Museum


Jika kita berjalan dari Melaka Tourist Information Center sekitar 10 menit, maka kita akan sampai di Melacca Maritime Museum. Nah.. yang menarik perhatian adalah adanya kapal tua buatan Portugis yang berdiri megah disampingnya. Ya... kapal ini sebenarnya adalah replika kapal Portugis “For De La Mar”.

Sejarah dari kapal tua ini adalah akibat tenggelam di pantai Melaka ketika akan membawa terlalu banyak muatan dari Melaka menuju Portugis. Akhirnya pada tahun 1990, kapal Portugis ini direkontruksi kembali dan baru dibuka untuk publik pada tahun 1994 oleh Perdana Menteri Tun Mahathir.

Jonker Walk


Bagi anda yang suka shopping dan nongkrong, inilah kawasan yang menawarkan berbagai oleh – oleh khas Melaka mulai souvenir hingga baju – baju dengan harga yang variatif. Di malam hari, lokasi ini pun dipenuhi oleh para turis yang duduk – duduk santai di cafe yang tersebar di sepanjang Jonker Walk. Bisa jalan kaki bisa menggunakan becak yang sudah dihiasi penuh bunga. Klo saya sih mending jalan... sehat dan murah.. hehe...

Kesimpulan kami setelah berjalan – jalan di Kota Melaka adalah pemerintah Malaysia secara serius membenahi berbagai tempat wisata agar para turis berdatangan ke negaranya. Klo Malaysia bisa, tentunya Indonesia juga bukan? Ini menjadi tugas kita bersama J

Dari segi interaksi sosial, kota ini menarik dikaji karena ada permukiman Portugis, Belanda, Inggris, Mandarin hingga penduduk lokal atau Melayu dan pemerintah kota memfasilitasi bagaimana agar semua permukiman bisa menjadi lokasi wisata yang menarik baik peninggalan bersejarah yang sudah ditetapkan oleh UNESCO hingga merenovasi bangunan kebudayaan lainnya agar sinergis dan sama – sama mempunyai nilai jual pariwisata.


Terahir, pesan saya adalah “Belajar itu bisa dimana saja, kapan pun dan di saat apapun, termasuk saat bermain alias bermain sambil belajar”






No comments:

Post a Comment

Sila tinggalkan komentar. Nuwun.