Wednesday, March 6, 2013

Jepang [Part 1]: SUSTAIN 2012 “Pintu Menuju Negeri Sakura”


Catatan Perjalanan di Kyoto, Japan dalam rangka konferensi internasional November 2012.

“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).. dan hanya kepada Tuhan mu lah engkau berharap.” QS. Al-Inshirah: 5-8



Teman – teman semua yang membaca blog ini, tidak ada niatan untuk sombong ketika ingin menulis cerita perjalanan saya menuju tanah impian yang sebelumnya tak pernah terlintas dikepalaku, karena semua nikmat yang saya dapatkan murni adalah salah satu Kekuatan-Nya dan kita sebagai manusia harus mempercayainya dan terus menerus bersyukur. J

Semoga berguna bagi teman – teman yang punya mimpi ke luar negeri dengan uang dikantong terbatas (maklum... saya jg mahasiswa yang sangunya pas – pasan.. hehe) tapi punya semangat untuk mewujudkan mimpi yang besar (atau lebih tepatnya Nekat!)... Yakinlah bahwa salah satu kunci sukses itu ya Nekat itu sendiri.. J

Oke... kita mulai ceritanya... Acara SUSTAIN 2012 ini saya ketahui dari kelompok diskusi bahasa Inggris di UGM yaitu Gadjah Mada English Club (GEC) yang beranggotakan mahasiswa – mahasiswa dari seluruh fakultas di UGM yang mempunyai pengalaman pergi ke luar negeri dan kelompok ini adalah suatu wadah untuk bertukar informasi tentang Student Exchange dst. (Namun sejak 2012 sudah jarang kumpul L ).

Dua mahasiswa dari Fakultas Kehutanan dan Fakultas Farmasi, yang pertama merupakan mantan ketua International Forestry Student Association (IFSA) Indonesia, Mbak Putri Permatasari dan Fany Mutia Cahyani, aktivis mahasiswa yang telah mempunyai nama di fakultas dengan lambang ular dan cawan itu memberi saya cerita bagaimana negara Jepang lewat versi mereka yang tentunya membuat saya berkata berkata dalam hati “klo mereka bisa, kenapa saya g bisa? toh asal ada usaha keras!”. Seketika itu dalam hatiku ku tekadkan untuk berusaha lebih keras, belajar lebih keras dan berdoa kepada Tuhan secara kontinyu (ini jangan ditiru ya... hehe.. berdoa ketika ada perlu aja J )

Percobaan pertama tahun 2011, GATOT! Gagal total! Ini karena perencanaan yang kurang matang dan tekad yang kurang kuat plus pada tahun 2011 bulan September saya disibukkan dengan agenda Kuliah Kerja Lapangan III Prodi Pembangunan Wilayah di Malaysia yang menguras tenaga, waktu dan emosi saya! Sebenarnya saya berniat agak nekad dan sembrono pada tahun 2011 yakni September ke Malaysia, November ke Jepang dan Desember ke Azerbeijan karena semua acara tersebut sudah mendapat Letter of Accepted tinggal cari pendanaan. Ternyata Tuhan berkata lain dan satu pelajaran yang ku dapatkan waktu itu. Sabar lan nrimo!

Nah baru pada tahun 2012 ketika saya mendapat kepercayaan sebagai Assitant Researcher di Pusat Studi Pariwisata UGM mendampingi salah seorang peneliti populer, Erda Rindrasih, MURP. Riset yang nantinya saya presentasikan di SUSTAIN 2012, Kyoto Jepang sebagai salah satu tanggung jawab intelektual seorang peneliti kepada masyarakat. Paper yang kami publikasikan ada di tulisan saya sebelumnya (silakan liat sendiri ya... J ).

Adakah yang pernah mendengar salah satu konferensi internasional bernama SUSTAIN 2012? Jika belum... saya ulas sedikit saja... Konferensi tingkat Internasional ini diadakan oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Jepang, tepatnya di Kyoto yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kyoto. PPI Kyoto ini masih satu bagian dengan PPI Kansai (area meliputi Kansai, Kyoto, Kobe,Hirishima, etc) so... bisa dikatakan mahasiswa yang berada di Jepang bagian selatan masuk dalam kepengurusan PPI Kansai ini.
Saya tidak akan berbicara panjang lebar terkait teknis SUSTAIN 2012 karena bisa Anda lihat sendiri di web nya yakni www.sustain-kyoto.com. Namun yang pasti paper saya dengan mbak Erda lolos beserta 119 paper lain dari 19 negara peserta konferensi yang tersebar mulai dari Amerika, Eropa hingga Asia sendiri.
SUSTAIN 2012 opening ceremony


Presentation


Dubes Indonesia untuk Kerajaan Jepang
Gala dinner
Japanese sushi

Saya mau berbicara terkait lika – liku perjuangan meraih impian J

Awal cerita dimulai sekitar 6 bulan terhitung sejak bulan Juni 2012 abstract di terima, perjuangan ke negeri Sakura itu BARU di mulai! Terutama Dana sekitar 12 juta harus saya persiapkan! Pas waktu registrasi konferensi sebesar 15.000 yen atau sebesar Rp. 1.800.000,- (kurs Rp 120,- @ 1 yen) aja uang dikantong Rp 0,- alias lagi kere! Apalagi harus punya 10 juta an! Tapi dari sejak SMA modal utama hidupku bukanlah modal maupun pintar, namun SEMANGAT pantang nyerah hingga akhir! Nah karena ini paper adalah milik kami berdua so... uang pendaftaran alhamdulillah di backup ma mbak Erda.. Thanks ya mbak... ok.. masalah pertama selesai... J


Masalah selanjutnya ketika akan bepergian ke luar negeri adalah Transportasi dan Akomodasi! Jangan sampai salah perencanaan di kedua hal ini! Dampaknya bisa lumayan parah di perjalanan nanti... (Pengalaman menjadi panitia bepergian ke luar negeri tahun2 sebelumnya sangat membantu J).

Transportasi terutama Pesawat PP Jogja – Kansai harus diperhitungkan secara matang. Untuk satu hal ini saya konsultasi secara detail dengan teman yang sebelumnya sudah ke Kyoto tahun 2011 lewat Bandara Kansai International Airport yaitu Fany seperti pesawat apa yang paling terjangkau melalui budget saya. Bedanya ketika Fany mengajukan ke Garuda untuk sponsor, dia dapet persenan gede hampir 60%, nah pas aku ngajuin cm dapet 10% dari total 8 juta. So... akhirnya aku pilih Air Asia dengan harga Rp 4.500.000,- PP Jakarta – Kansai. Nah... untuk perjalanan dari PP Jogja ke Jakarta, saya memilih kereta api Bogowonto seharga Rp.300.000,- (lumayan ngirit sekaligus backpakeran).

Yasaka taxi
Untuk transportasi lokal Kansai – Kyoto, saya konsultasi dengan mbak Erda yang beberapa minggu sebelumnya ke Retsumeikan University, Kyoto bersama Pusat Studi Bencana UGM dan minta contact person  mahasiswa lokal, dapetlah nama Nanako. Nah dia ini yang mem booking beberapa tiket perjalanan bus dan taxi dari Kansai ke Kyoto maupun angkutan lokal apa yang bisa saya gunakan untuk keliling Kyoto (Arigatou Nanako J). Dan ternyata dia juga bisa bahasa Indonesia karena 6 kali ke Indonesia untuk studi tentang kebencanaan jadi setidaknya dia bisa diajak bercanda pake bahasa ibu.. hehe

Nah hal rawan kedua yang harus direncanakan adalah penginapan! Penginapan di Jepang rata2 3.500 – 5000 yen atau sekitar Rp.420.000,- - Rp 600.000,-. Wow! Itulah kata pertama kali terucap! Secara, waktu di kuliah aja uang saku orang tua berkisar 1 juta saja, jadi kalo dengan 1 juta di Jogja bisa hidup satu bulan di Jepang Cuma 2 hari! Aduh mak! Disinilah otak saya berputar keras, bagaimana saya dapat penginapan Gratis? Setelah sholat malam, jawaban itu muncul. Kita kan punya saudara dari Indonesia yang mungkin berbelas kasih ma mahasiswa kere seperti saya... dan alhamdulillah setelah meng-email beberapa kenalan dari dosen saya mendapatkan tempat tinggal di apato milik mahasiswa Universitas Brawijaya, Mas A.R. Taufiq dan Taiwan National University, Mas Widodo yang sedang ambil S2 dan S3 di Kyoto University. Matur nuwun sanget kang!

Masalah itu belum semuanya teratasi lho... karena aq dapet tiket Air Asia dari tanggal 2 – 10 November 2012, dan mereka berdua hanya bisa memberikan tempat selama conference saja, maka ada 5 hari sisa saya harus nggelandang di Kyoto. Hehe... (karena alasan inilah saya membawa tas ransel ukuran 90 liter biar bisa sekalian jalan – jalan alian backpakeran). Cari di internet kq ya mahal semua, akhirnya saya kontak Akito Yanai (anak Jepang yang ambil S2 di Kehutanan, ketemu waktu acara Java Summer Camp 2011) untuk kasih guest house yang murah dan dekat dengan pusat kota atau Kyoto Station.tapi untuk efisiensi dan komunikasi dengan salah satu delegasi UGM lain, saya putuskan untuk satu guest house dengan Binta Anjasni di Hoppers Guest House dengan tarif cukup murah yakni 1500 yen tiap malam. So... masalah Transportasi dan akomodasi Clear!

Masalah sebelum berangkat yang lain adalah Visa Jepang! Awalnya sempat takut uang tiket pesawat sebesar 4,5juta bisa raib klo gak bisa dapet Visa Jepang dan gak berangkat karena pas waktu ngurus di agen travel, harus mencantumkan surat kesanggupan orang tua membiayai perjalanan dan surat rekomendasi dari bank (ini karena biasanya agen travel mengambil Visa Travel dengan tenggat waktu 3 bulan). Nah... untuk inilah saya putuskan saya urus semuanya sendiri sekalian belajar birokrasi di kedubes siapa tau besok – besok akan belajar di Luar negeri juga Aminnn.... Akhir cerita semua lancar meski pertama saya sempat ditolak petugas di keduataan Jepang karena saya lahir di Blitar sehingga harus mengurus di Konjen Surabaya tapi karena UGM Yogyakarta masuk region Jakarta, akhirnya petugas memperbolehkan. Visa Accepted! Sempat agak menangis dan hati dredeg ketika naik bus kopaja menuju Stasiun Senen karena tiket menuju Jepang sudah di tangan... Alhamdulillah.. atas semua Nikmat Mu Ya Allah...

Ada teman – teman di kampus yang bertanya dari mana saya dapat uang? Ok saya jabarkan! Di atas saya sudah paparkan saya harus persiapkan sekitar 12 juta untuk perjalanan ke Jepang ini (uang yang sangat sangat besar bagi mahasiswa kere seperti saya). Ada pemasukan sekitar 3 juta dari tempat saya bekerja part time yaitu di Pusat Studi Pariwisata UGM, 6 Juta dari Proyek dg Bappeda Kalimantan (ini gaji terbesar saya selama mahasiswa dan klo mau sy bisa beli laptop baru tapi demi impian saya, harus ada yang dikorbankan selama untuk belajar J), 1 Juta dari Fakultas Geografi UGM dan 2,5 juta dari Dirmawa UGM. Sebenarnya saya sudah pontang – panting ke sana kemari untuk cari sponsor namun Allah belum berikan kemudahan untuk jalan yang ini. Tapi saya anggap semua pemasukan di atas adalah rezeki Allah untuk saya dan alhamdulillah saya tidak memberatkan orang tua karena hanya doa yang saya butuhkan dari beliau.

Kyoto Muslim Association
Ini cerita yang menjadi pembelajaran akan kuasa Tuhan kepada saya ketika saya meragukan kekuatan ayat  “Man Jadda Wajadda” (Jadi maka jadilah). Waktu itu saya sudah pasrah tak akan dapat sisa uang 6 juta karena hanya sisa 1 bulan sebelum berangkat! Menurut perhitungan matematika ku (meskipun matematika di kuliah aq dapet C.. hehe) sudah gak mungkin saya bisa berangkat ke Jepang, tap matematika Allah lebih hebat dan g bisa di nalar! Berita gembira dapat proyek di kalimantan datang ketika saya sudah menyerahkan semuanya kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpiku. Subhanallah... selepas sholat Jumat di Masjid Kampus UGM dapat telpon dari salah satu dosen untuk membantu di Kalimantan selama 1 bulan dan Selasa nya harus berangkat!atau 3 hari setelah dikabari! Mau meragukan Kuasa Tuhan?? Jangan deh.. J

Sustain 2012 friends
PPI Kyoto

Itu tadi cerita perjuangan untuk berangkat ke Jepang. Semoga jauh dari kata sombong karena diri ini hanyalah hamba Allah ingin terus bersyukur atas semua karunia nikmat yang Allah berikan.
Semoga bermanfaat bagi mahasiswa – mahasiswa lain yang punya MIMPI!

Next chapter:
Jepang [Part 1]: Kyoto University “Meiji Restoration University”