Catatan perjalanan Kuliah Kerja Lapangan III Prodi Pembangunan Wilayah UGM di Malaysia dengan tema "Urban Management Based on Community Development" Tahun 2011
“Sesungguhnya ilmu itu lebih baik daripada harta.
Ilmu menjaga akan menjagamu, sedangkan akan kau jaga.
Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum.
Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu itu bertambah nila dibelanjakan”
– Ali Bin Abi Thalib
Melacca Dutch Square |
Jika Anda suka wisata sejarah dan bangunan –
bangunan bersejarah (heritage), maka
Kota Melaka tidak boleh dilewatkan! Anda akan melihat bagaimana pemerintah
Malaysia membuat seisi kota menjadi tujuan wisata yang cukup populer di dunia.
Sebenarnya
bisa dibilang kami bisa berkunjung menikmati keindahan tempat ini karena
beruntung memiliki salah satu alumni kampus yang bersedia memfasilitas bus
kantor secara gratis mengingat harga bus pariwisata dari Kuala Lumpur menuju
Melaka cukup mahal.. klo g salah sekitar RM 3000 (Rp 9.000.000,- dg kurs Rp 3000,-
/ RM). Klo pun ada yang mau studi pariwisata di sana, hanya tim KKL tema
Pariwisata bimbingan Dr. Baiquni, MA. yang berangkat. Intinya jika ada niat
pasti ada jalan!
It’s real and we thankful
to Allah...
Kota
Melaka berada di 148 km sebelah selatan kota utama malaysia, Kuala Lumpur dan
dekat dengan Kota yang banyak sekali dihuni oleh orang Indonesia di Malaysia,
Kota Johor. Ya klo dari Indonesia bisa nyebrang dari Kota Pekanbaru.
Sejarahnya
nih... karena keberadaan kota ini yang cukup strategis yaitu berada di Selat
Malaka yang menjadi jalur perdagangan lau dunia sebelum menuju Singapura, kota
ini menjadi rebutan beberapa negara kolonial seperti Portugis, Belanda, Inggris
hingga Jepang. Kota ini dulunya ditemukan karena adanya perluasan kekuasaan
Kerajaan besar Indonesia silam, Kerajaan Majapahit sehingga Raja Singapura
perlu membangun pelabuhan baru yang strategis. Tuh kan keren Indonesia...
hehe...
Ciri khas kota ini adalah bangunan – bangunan bersejarah
yang berwarna merah maroon (ga terlalu cerah and g terlalu gelap). Sejak tahun
2008 UNESCO menetapkan beberapa bangunan di Kota Melaka sebagai the world heritage sites seperti
Borobudur di Indonesia dan keberadaan sungai membelah kota seperti sungai
Venice di Italy.
Melacca river |
Bangunan
dan tempat yang populer untuk dikunjungi apa aja sih?
Chirst Cruch Melaka
Dibangun
tahun 1753 dengan arsitektur gereja model Belanda. Lokasinya tepat berada pusat area Belanda di
Melaka (Melacca Dutch Square) ketika
pertama kali pengunjung datang sehingga gereja ini biasanya menjadi bangunan
bersejarah pertama yang dilihat.
Tan Beng Swee Clocktower
Jam
Menara ini adalah pemberian Tan Jiak Kim sebagai permintaan ayahnya, Tan Beng
Swee untuk rakyat Melaka pada tahun 1886 (Model jam asli diimpor dari Inggris).
Namun pada tahun 1982 sempat ada sedikit ketegangan yang disebabkan oleh
pemberian jam baru dari Seiko-K Hattori & Co. Ltd Japan untuk menggantikan
jam yang asli. Penolakan dari penduduk Melaka menyebabkan keaslian jam menara
masih terjaga dan jam pemberian dari Jepang disimpan di Museum Melaka.
Francis Xavier Chruch
Gereja ini dibangun oleh pendeta Perancis dengan
model gereja Ghotic yang lazim ada di
Eropa pada tahun 1849. Gereja ini didedikasikan untuk pendeta St. Francis Xavier
yang telah menyebarkan Agama Katholik di negara – negara Asia Tenggara selama
abad 16.
Fort A Famosa
Dibangun
oleh Portugis pada tahun 1511 dan sempat mengalami kerusakan yang cukup parah
saat Belanda menginvasi Kota Melaka. Pada tahun 1808, rencana pemerintah
Inggris untuk menghancurkan benteng ini ditolak oleh Sir Stanford Raffles yang
mempunyai pengaruh cukup besar di Asia Tenggara saat itu. So... kita bisa lihat
hingga sekarang J
St. Jhon’s Fort
Dibangun
oleh Belanda pada abad 18. Benteng ini berada di atas bukit sehingga senjata meriam
Cannons dari benteng dapat melindungi
Kota Melaka dari musuh yang menyerang pelabuhan.
Melacca Islamic Museum
Bangunan
ini dibangun pada tahun 1950 untuk mengenang perkembangan Islam di Semenanjung
Malaka dan wilayah Asia Tenggara. Museum ini berada di dekat Melaka Dutch Square sebelah utara.
Tamil Methodist Church
Gereja
ini dibangun pada tahun 1908 dengan nama asli Kabu Methodist Church karena
berada di Jalan Kabu. Gereja ini juga ditetapkan oleh UNESCO sebagai The World Heritage Site.
Portuguese Ship Museum
Jika
kita berjalan dari Melaka Tourist Information Center sekitar 10 menit, maka
kita akan sampai di Melacca Maritime Museum. Nah.. yang menarik perhatian adalah
adanya kapal tua buatan Portugis yang berdiri megah disampingnya. Ya... kapal
ini sebenarnya adalah replika kapal Portugis “For De La Mar”.
Sejarah
dari kapal tua ini adalah akibat tenggelam di pantai Melaka ketika akan membawa
terlalu banyak muatan dari Melaka menuju Portugis. Akhirnya pada tahun 1990,
kapal Portugis ini direkontruksi kembali dan baru dibuka untuk publik pada tahun
1994 oleh Perdana Menteri Tun Mahathir.
Jonker Walk
Bagi
anda yang suka shopping dan nongkrong, inilah kawasan yang menawarkan berbagai
oleh – oleh khas Melaka mulai souvenir hingga baju – baju dengan harga yang
variatif. Di malam hari, lokasi ini pun dipenuhi oleh para turis yang duduk –
duduk santai di cafe yang tersebar di sepanjang Jonker Walk. Bisa jalan kaki
bisa menggunakan becak yang sudah dihiasi penuh bunga. Klo saya sih mending
jalan... sehat dan murah.. hehe...
Kesimpulan
kami setelah berjalan – jalan di Kota Melaka adalah pemerintah Malaysia secara
serius membenahi berbagai tempat wisata agar para turis berdatangan ke
negaranya. Klo Malaysia bisa, tentunya Indonesia juga bukan? Ini menjadi tugas
kita bersama J
Dari
segi interaksi sosial, kota ini menarik dikaji karena ada permukiman Portugis,
Belanda, Inggris, Mandarin hingga penduduk lokal atau Melayu dan pemerintah
kota memfasilitasi bagaimana agar semua permukiman bisa menjadi lokasi wisata
yang menarik baik peninggalan bersejarah yang sudah ditetapkan oleh UNESCO
hingga merenovasi bangunan kebudayaan lainnya agar sinergis dan sama – sama mempunyai
nilai jual pariwisata.
Terahir,
pesan saya adalah “Belajar itu bisa dimana saja, kapan pun dan di saat apapun,
termasuk saat bermain alias bermain sambil belajar”