Sahabat Blogger, sudah lama saya ingin berbagi ilmu di blog semenjak waktu sekolah S1, namun waktu dan budaya menulis saya ternyata masih sangat payah. so... mulai dari titik ini saya akan berbagi ilmu yang saya pelajari dari kampus maupun pekerjaan proyek. Semoga berguna bagi akademisi maupun praktisi.
Kali ini saya akan berbagi tentang Fertilitas dan Kesehatan Reproduksi dari Mbah Freedman yang dulu neliti tentang fertilitas pada tahun 1962. Check this out!
A. Teori Fertilitas
Ronald Freedman
berpendapat bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi tingkat
fertilitas. Selain adanya faktor lingkungan yang
mempengaruhi fertilitas yaitu
tingkat mortalitas, norma
tentang besarnya keluarga, struktur
sosial ekonomi dan
juga norma mengenai
variabel antara. Berikut kerangka
analisis yang dikemukakan oleh Ronald Freedman :
Gambar 1.1 Diagram faktor yang
mempengaruhi fertilitas
Sumber : Freedman (dalam Rusli,
1996:101)
Faktor yang mempengaruhi
masyarakat melalui variabel antara Freedman mengembangkan model
yang diusulkan oleh
Davis dan Blake
seperti pada gambar. Pada
gambar ini tambak
bahwa antara lingkungan
dan struktur sosial ekonomi selalu mempengaruhi, sementara
lingkungan juga mempengaruhi tingkat mortalitas. Hubungan saling mempengaruhi
terjadi pada struktur sosial ekonomi adalah mengenai besar keluarga, norma
mengenai variabel antara dan seterusnya. Jadi
perbedaan fertilitas antara
masyarakat maupun antar
waktu dapat dipahami apabila telah memahami berbagai
faktor secara langsung maupun tidak langsungberinteraksi dengan fertilitas.
(Rusli, 1996 : 99).
11 variabel antara yang dikemukakan
oleh Davis dan Blake dapat dikemukakan sebagai
beikut:
- Usia kawin
- Selibat permanen (Status hidup tidak kawin)
- Lamanya tidak hidup bersama setelah kawin (karena perceraian atau menjanda)
- Waktu antara hubungan kelamin tidak stabil (4a. Tidak Kawin lagi setelah janda, 4b. Abstinensi (berpantang karena kehendak sendiri)
- Pantang senggama karena terpaksa.
- Frekuensi Senggama.
- Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
- Penggunaan cara-cara kontrasepsi.
- Sterilitas
- Mortalitas Janin dengan tidak sengaja.
- Mortalitas janin dengan sengaja.
Variabel antara
yang dikemukakan oleh
Davis dan Blake
tersebut, terdapat beberapa kelemahan,
tetapi sudah mendapat perbaikan
(elaborasi, lebih disempurnakan),
dari Freedman dan Bongaarts.
Elaborasi
R. Freedman (1971), yang menyatakan bahwa:
Variabel antara yang dikemukakan oleh Davis dan Blake (1956) merupakan variabel antara yang menghubungkan norma-norma fertilitas yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dengan sejumlah anak yang dimilikinya. Norma sosial yang sudah mapan tersebut bisa sesuai atau tidak dengan fertiltas yang diinginkan seseorang. Dalam hal ini norma sosial dianggap sebagai faktor yang dominan atau menentukan.
Diterimanya alat-alat kontrasepsi secara luas merupakan perubahan variabel antara yang paling penting di dalam menentukan naik-turunnya fertilitas di negara-negara Barat. Di Indonesia dalam menentukan turunnya fertilitas, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
Variabel antara yang dikemukakan oleh Davis dan Blake (1956) merupakan variabel antara yang menghubungkan norma-norma fertilitas yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dengan sejumlah anak yang dimilikinya. Norma sosial yang sudah mapan tersebut bisa sesuai atau tidak dengan fertiltas yang diinginkan seseorang. Dalam hal ini norma sosial dianggap sebagai faktor yang dominan atau menentukan.
Diterimanya alat-alat kontrasepsi secara luas merupakan perubahan variabel antara yang paling penting di dalam menentukan naik-turunnya fertilitas di negara-negara Barat. Di Indonesia dalam menentukan turunnya fertilitas, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
- penggunaan kontrasepsi modern
- praktek pembatasan kelahiran secara tradisional
- perubahan pola perkawinan (dari hasil penelitian
Elaborasi Bongaarts
(1979), yang menyatakan
bahwa variabel antara
dibagi menjadi tujuh, yaitu;
- variabel perkawinan
- kemandulan permanen
- lamanya tidak subur sesudah melahirkan (post partum)
- kemampuan melahirkan
- penggunaan alat-alat kontrasepsi yang efektif
- pengguguran secara spontan
- pengguguran secara tidak sengaja
- perkawinan
- kontrasepsi
- laktasi (menyusui)
- pengguguran
Variabel antara
yang belum diteliti
oleh Davis dan Blake adalah
laktasi, yaitu masa menyusui yang
dapat mencegah kehamilan.
Faktor-faktor
yang memperkecil fertilitas adalah:
- Kontrasepsi modern (pil dan kondom) dan tradisional. (pijat).
- Pantang berkala, yaitu tidak melakukan hubungan seks pada masa subur wanita pada waktu-waktu tertentu. Masa subur wanita adalah 5 sampai 7 hari sebelum dan sesudah haid.
- Senggama terputus (coitus interuptus)
Pada
tahun 1979 Moni
Nag, seorang antropolog,
mengemukakan 10 variebel fertilitas yang
dipengaruhi oleh modernisasi.
Dasar pemikirannya adalah
bahwa industrialisasi,
urbanisasi, dan beberapa
bentuk perubahan sosial,
diantaranya proses
modernisasi, pada umumnya
dapat menyebabkan turunnya
fertilitas melalui tindakan pengendalian
kelahiran (seperti kontrasepsi
dan usaha pengguguran)
serta penundaan usia kawin. Di negara-negara sedang
berkembang menunjukkan adanya pengaruh modernisasi terhadap
fertilitas.
Ada
empat faktor utama yang dapat dikemukakan dalam pemikiran Moni Nag, yaitu :
- Mulai keluarnya ovulasi dan menstruasi sesudah melahirkan, sebagai akibat dari pengurangan praktek menyusui atau laktasi.
- Berkurangnya praktek pantang senggama sesudah melahirkan.
- Berkurangnya atau hilangnya masa reproduksi pada seorang wanita disebabkan oleh karena menjanda pada usia muda.
- Pengurangan pengaruh pemandulan atau sterilisasi sebagai akibat pengobatan yang bertambah baik terhadap penyakit kelamin
Ada sepuluh
variabel (yang dipengaruhi
modernisasi) yang mempengaruhi naik-turunnya fertilitas:
- Fekunditas (amenorrhea dan ovulasi), yang dipengaruhi oleh laktasi (lamanya menyusui). Pada wanita modern banyak meninggalkan kebiasaan menyusui anaknya. Hal ini juga dipengaruhi oleh gencarnya susu kaleng, sehingga menyebabkan kesuburan wanita cepat datang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita, maka semakin tinggi pula untuk meninggalkan laktasi.
- Fekunditas dalam hal ini amenorrhea (periode mati haid atau berhentinya haid secara alami setelah melahirkan), menarche (periode haid yang pertama), dan menopause (periode berhentinya haid), yang dipengaruhi oleh gizi (nutrisi). Dalam hal ini modernisasi menyebabkan meningkatnya ekonomi dan kesehatan, sehingga pemenuhan gizi dapat meningkat. Gizi yang baik akan mempengaruhi fekunditas dan akan mempengaruhi menarche, sehingga usia reproduksi meningkat dan menopause bisa lebih lama.
- Keguguran (miscarriage) dan lahir mati (stillbirth) lebih sedikit karena kesehatan yang terpelihara dengan baik.
- Kemandulan yang disebabkan oleh penyakit kelamin akan menurun karena kesehatan meningkat dan bertambah baik, sehingga kesuburan wanita meningkat.
- Abstinensi (pantang) sukarela terutama sesudah melahirkan tidak tinggi lagi, sehingga fertilitas naik.
- Keadaan menjanda dan janda (widowerkrod) prosentasenya menurun, sehingga menyebabkan fertilitas naik.
- Perceraian dan perpisahan juga berkurang karena ekonomi membaik, sehingga fertilitas naik.
- Usia kawin dan proporsi wanita yang tidak pernah kawin (selibat). Usia kawin meningkat dan proporsi wanita tidak kawin menurun karena ekonomi membaik, sehingga fetilitas naik.
- Frekuensi hubungan kelamin (intercouse) makin tinggi terutama dalam hubungan dengan keluarga luasnya, sehingga fertilitas naik.
- Abstinensi terpaksa atau tidak sengaja berkurang, sehingga fertilitas naik.
B. Faktor yang mempengaruhi fertilitas
1. Pengaruh Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah
faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi suatu keputusan
seseorang atau keluarga
dalam merencanakan jumlah
anak.Hubungan antara fertilitas
dengan penghasilan keluarga
menurut Terence Hull dalam
(Singarimbun, 1996: 68)
menyatakan bahwa wanita
dalam kelompok berpenghasilan
rendah akan cenderung mengakhiri masa reproduksinya lebih awal
dibandingkan dengan wanita
pada kelompok berpenghasilan sedang
dan tinggi.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan
Menurut Todaro
(1994: 21) semakin
tinggi tingkat pendidikan
istri atau wanita cenderung
untuk merencanakan jumlah anak
yang semakin sedikit. Keadaan ini
menunjukkan bahwa wanita
yang telah mendapatkan
pendidikan lebih baik cenderung memperbaiki kualitas anak dengan cara
memperkecil jumlah anak, sehingga akan
mempermudah dalam perawatannya,
membimbing dan memberikan
pendidikan yang lebih layak.
3. Pengaruh Usia Perkawinan Pertama
Usia perkawinan
dalam suatu pernikahan
berarti umur terjadinya hubungan kelamin
antara individu pria
dan wanita yang
terikat dalam suatu lembaga perkawinan dengan berbagi
ketentuan mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing individu.
Pada masyarakat yang
sedang berkembang, usia perkawinan pertama cenderung muda
sehingga nilai fertilitasnya tinggi.
Dengan kata lain semakin
cepat usia kawin
pertama, semakin besar
kemungkinan mempunyai anak. (Singarimbun, 1996:69).
4. Pengaruh Lama Penggunaan Alat
Kontrasepsi
Jumlah fertilitas pada
umumnya berbeda menurut status sosialnya, sebab kemampuan memiliki
anak berhubungan erat dengan
kondisi ekonomi dan lingkungan orang
tua yang bersangkutan.
Sehingga untuk menekan
angka fertilitas pemerintah menerapkan program keluarga berencana dalam
peningkatan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (Mantra, 2000:197).
5. Pengaruh Jenis alat KB
Bagi pasangan
suami istri yang
sudah menikah atau
telah lama menikah dan
ingin menunda kehamilan
dengan berbagai alasan
tertentu, biasanya wanita akan
melakukan atau mengikuti
anjuran program dalam
keluarga berencana dengan menggunakan
beberapa alat kontrasepsi yang
menurutnya aman untuk digunakan.
6. Pengaruh Curah Jam Kerja
Kaitannya dengan
status sosial ekonomi,
Todaro menyatakan semakin tinggi tingkat
pendidikan, kaum wanita
cenderung berkeinginan untuk
bekerja dibidang ekonomi, dengan
demikian akan mengurangi
ketergantungan mereka pada anak.
(Widjayanti, 1995 : 6)
7. Pengaruh Banyaknya Anggota Keluarga
Penurunan fertilitas
tentu memberikan kenyataan bahwa jumlah anak yang dimiliki seorang wanita
semakin sedikit. Akibatnya, wanita semakin mempunyai banyak waktu,
selain mengasuh anaknya.
Terlebih bagi perempuan
yang sudah memiliki anak
yang sudah beranjak
dewasa. Maka banyak
wanita yang memanfaatkan tenaga
dan waktu luang yang dimiliki untuk melakukan aktivitas di luar tugas
domestik mereka, terutama
aktivitas ekonomi dalam
hal membantu perekonomian keluarga.
(Widiyanti, 1987:148)
8. Pengaruh Jumlah Saudara Kandung Dari Ibu
Kelahiran yang
tidak direncanakan atau tidak dibatasi
mengakibatkan terbentuknya
suatu kelurga besar.
Hal ini akan
menyebabkan dinamika dari keluarga didalam keluarga dan kualitas
penduduk cenderung kearah pertambahan jumlah penduduk negara atau wilayah
bertambah banyak. (Widiyanti, 1987:142).
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Irwan. 2002. “Studi Mobilitas Penduduk”.
Dalam Tukiran et
all. Mobilitas Penduduk
Indonesia: Tinjauan Lintas
Disiplin. Yogyakarta: Pusat
Studi Kependudukan.
Davis,
Kingsley dan Judith Blake. 1982
“Struktur Sosial dan
Fertilitas: Suatu Kerangka
Analitis”. Dalam Masri Singarimbun, (ed.),
Kependudukan: Liku-liku Penurunan
Kelahiran. Terj. Hans Daeng.
Cetakan kedua. Jakarta: LP3ES, hal. 1-47.
Lee,
Everet S. 1995 Teori Migrasi. Edisi
keenam. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada.
Lucas,
David, et al., (eds.).1982 Pengantar
Kependudukan. Terj. Nin Bakdi Sumanto dan Riningsih Saladi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Mantra,
Ida Bagus. 1984 “Masalah Penduduk
dan Lingkungan Hidup
di Indonesia”, Demografi Indonesia, 11(22): 1-9.
Meyer,
Paul A. dan Simon Andjar Legawan, (eds.). 1979
Kumpulan Kertas Kerja
Lokakarya Nilai Anak
di Indonesia. Yogyakarta: Lembaga Kependudukan Universitas
Gadjah Mada.
Nag,
Moni. 1979 How Modernization
Can Also Increase
Fertility. Working Paper
No. 49. New York: Population
Council Center for Policy Studies.
Singarimbun,
Masri. 1975 Faktor-faktor Sosial-budaya
yang Mempengaruhi Fertilitas
dan Mortalitas. Yogyakarta: Pusat
Penelitian dan Studi
Kependudukan Universitas Gadjah Mada.
Singarimbun, Masri,
(ed.). 1982 Kependudukan:Liku-liku Penurunan
Kelahiran. Cetakan kedua.
Jakarta: LP3ES.
_______________________________________________________________
Penulis,
Muhammad izzudin, S.Si.
Master of Demography Studies
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia.
Yogyakarta, Indonesia.