“History is the witness that testifies to the passing of time, it illumines reality, vitalizes memory, provides guidance in daily life and bring us tidings of antiquaty”
– Cicero (106 BC – 43 BC) -
Pada
ulasan kali ini saya akan sedikit membahas tentang beberapa hal yang berkaitan
dengan sejarah kampus dimana konferensi Internasional pertama di Jepang yang
saya hadiri dengan beberapa delegasi lain dari UGM. Tanpa bermaksud untuk
membanggakan kampus Kyoto University karena ini hanya impian saya pada suatu
hari saya akan belajar di sana mengingat status saya sekarang adalah mahasisiwa
semester akhir di kampus terbaik di Indonesia tahun 2013 versi Webometrik,
Universitas Gadjah Mada. Saya bangga menjadi salah satu mahasiswa di kampus
terbaik di Indonesia yang telah membawa banyak prestasi baik akademik maupun
akademik yang pada saat SMA tidak saya dapatkan. Dan terlebih UGM telah membuka
kesempatan saya untuk berkunjung ke beberapa kota di Indonesia maupun di Luar
Negeri seperti di Singapura, Malaysia dan baru – baru kemarin di Jepang.
Alhamdulillah ini semua adalah karunia Allah SWT yang harus terus untuk
disyukuri.
SEJARAH SINGKAT
Kyoto
University didirikan pada tahun 1897 (30 Meiji) sebagai kampus kedua di Jepang.
Restorasi Meiji yang mengadopsi variasi sistem barat dalam rangka untuk
mendirikan pemerintahan yang modern, maka pendidikan juga tidak terlepas dari
perubahan tersebut. Pada saat berdirinya Kyodai (sebutan populer Kyoto
University), mahasiswa harus menyelesaikan 4 tahun wajib sekolah dasar, 2 tahun
lanjutan sekolah dasar, 5 tahun sekolah menengah dan 3 tahun sekolah atas.
Sementara di pusat pemerintahan yaitu di Tokyo telah berdiri universitas
pertama di Jepang yaitu Tokyo University pada tahun 1877 atau 20 tahun sebelum
Kyodai didirikan dalam rangka menyiapkan pemerintahan yang baru.
Peningkatan
jumlah kebutuhan mahasiswa untuk mengembangkan universitas negeri dan kebutuhan
akan individu yang berbakat guna ekspansi industri semenjak perang Jepang –
Sino adalah latar belakang dibalik berdirinya Kyto University. Hal ini terbukti
dengan adanya Fakultas Teknik dan Sains yang pertama kali dibuat untuk
merefleksikan kondisi saat itu. Selanjutnya Fakultas Hukum dan Kedokteran
didirikan pada tahun 1899, dan Jurusan Sastra didirikan pada tahun 1906.
Sejak
berdirinya Kyodai telah membuat praktek dan sistem pendidikan yang menyebabkan
stress pada kemandirian mahasiswa dan kebebasan akademik menciptakan atmosfir
akademik yang unik. Pada tahun 1913 (2 Taisho), seluruh staff pendidik
berkumpul taman bunga Kampus Hukum guna memprotes pemberhentian tujuh profesor
oleh pemimpin universitas, Sawayanagi Masato yang tidak menkonsultasikan
keputusan tersebut dengan dewan fakultas. Akhirnya berdasarkan keputusan
Kementrian Pendidikan Jepang bahwa dibutuhkan persetujuan dewan fakultas untuk
menerima maupun memberhentikan seorang profesor. Dampaknya pada tahun 1919
untuk pertama kalinya Kyodai mengadopsi sistem pemilihan rektor universitas
secara terbuka di Jepang.
Sistem
pendidikan tinggi Jepang berkembang pesat pada tahun – tahun saat Perang Dunia
I berlangsung. Peningkatan jumlah lulusan institusi pendidikan dan dampak dari
ekspansi produksi industri menciptakan kebutuhan untuk perluasan institusi
pendidikan tinggi. Pada tahun 1918 sesuai dengan hukum telah disahkan untuk
pembuatan universitas publik dan swasta yang menyebabkan banyaknya universitas
sesuai dengan kebijakan tersebut. Jumlah universitas yang semula hanya 5 pada
tahun 1918 berkembang menjadi 50 pada tahun 1928 (3 Showa) sebagai status
sekolah vokasi yang dinaikkan menjadi universitas. Terlebih lagi, angka sekolah
tinggi kedua yang didesain untuk mempersiapkan akademik siswa sebelum masuk
universitas juga naik secara drastis pada perisode ini dengan angka peningkatan
dari 8 pada tahun 1918 menjadi 31 pada tahun 1928.
Ditengah
perubahan tersebut, organisasi Kyodai juga telah berkembang. Pada tahun 1919,
Fakultas Ekonomi dibuat terpisah dengan Fakultas Hukum dan Fakultas Pertanian
dibuat sebagai fakultas baru. Lalu pada tahun 1926, Institut Penelitian Kimia
(Institute for Chemical Research) didirikan sebagai institusi penelitian
pertama. Sebagai adanya bertambahnya jumlah fakultas yang ada, angka mahasiswa
menjamur hingga 250% dalam satu dekade antara tahun 1918 sampai tahun 1928 dari
1.717 menjadi 4.369. Selama periode ini, Kyodai dikenal luas sebagai salah satu
kampus yang aktif dalam penelitian dan memberikan banyak beasiswa yang disebut
Scholars of Oriental Studies. Beasiswa ini diberikan untuk mengenang seorang
Filosofis Nishida Kitaro yang telah membuat konsep dan teori yang orisinil
hingga termasyhur. Ada pula The Marxist Scholar Kawakami Hajime yang
diperuntukkan untuk membantu mahasiswa yang belajar di Fakultas Ekonomi.
Pada
tahun 1920-an adanya kampanye menekan faham Marxism yang telah menyebar ke
seluruh mahasiswa dan intelektual berkembang secara intens dan tentu saja
penyebarannya tidak terlepas ke universitas. Pada pertengahan dekade tersebut
tidak hanya para mahasiswa termasuk mahasiswa Kyodai yang dipenjara, namun juga
Kawakami Hajime ditekan habis untuk mengundurkan diri oleh Menteri Pendidikan
dan Dewan Fakultas Ekonomi akibat pergerakan massa ini.
Pada
tahun 1933, akibat teori dan komentar Prof. Takikawa Yukitoki dari Fakultas
Hukum berada dalam penyelidikan Menteri Pendidikan yang diminta keluar oleh
rektor universitas. Dia telah memberikan kebenaran misi universitas sehingga
para staff pendidik di Fakultas Hukum melihat bahwa pengeluaran profesor tanpa
persetujuan dewan fakultas adalah sebuah kesalahan dan secara tidak langsung telah
berlawanan dengan kesepakatan dg Kementerian Pendidikan. Tidak hanya staff
pendidik saja, namun mahasiswa pun ikut mendudkung keputusan prof. Takikawa
untuk tetap mengajar dikampus, namun pada akhirnya Takikawa tetap dipecat
sehingga membuat protes staff pengajar dengan cara pengunduran diri secara
bersama – sama. Insiden Takikawa (nama peristiwa tersebut) merupakan aksi
demonstrasi pertama yang menekankan dan menargetkan tidak hanya pemikiran
Marxism tetapi juga termasuk paham Liberal yang menyebabkan Jepang berada pada
titik balik pada saat pendudukan masa perang.
Pada
tahun 1937, Jepang berperang secara penuh dengan China. Pada Desember 1941
mendeklarasikan berperang dengan Amerika dan Inggris di sekitar Asia Tenggara
dan Asia Pasific. Pada periode ini, situasi domestik secara tiba – tiba berada
pada peningkatan atmosfir perang dan universitas diorganisir sesuai dengan
kebijakan negara. Di Kyodai, Fakultas Teknik diperluas dan jumlah institusi
yang berkaitan didirikan. Lebih jauh lagi dalam hal penelitian, tidak hanya
pertemuan yang membahas tentang China dan Asia Tenggara, namun juga masih
sedikitnya para peneliti yang fokus ke militer. Sebagai akibat perang, para
mahasiswa dimobilisasi untuk bekerja sebagai pekerja di pabrik dan perkebunan.
Sebagian lainnya yang berasal dari Liberal Arts Student masuk dalam rangking
militer. Sehingga bisa dikatakan pada masa perang ini tidak mungkin diadakan
proses belajar mengajar di universitas.
Pada
Agustus 1945, Deklarasi Postdam diterima dan Perang Dunia II berakhir dengan
kekalahan Jepang. Setelah itu, bermacam – macam kebijakan diiplementasikan
dalam perpolitikan Jepang dan sistem sosial sesuai dengan arahan GHQ dari SCAP.
Pada tahun 1946, universitas menjadi co-educational.
Sebelumnya, perempuan hanya diizinkan ke universitas pada saat situasi khusus
saja dan belum ada satu mahasiswa perempuan pun yang menjadi mahasiswa reguler
pada saat itu. Namun semenjak 1946 ini lah terdaftar 17 mahasiswi dan merupakan
mahasiswa pertama sepanjang sejarah Kyodai. Pada tahun 1947, Kyodai yang
awalnya bernama Kyoto Imperial University berganti nama menjadi Kyoto
University, begitu pula dengan Tokyo University yang awalnya Tokyo Imperial
University.
Di
bawah sistem pendidikan yang baru, universitas adalah institusi yang berada
paling atas dalam piramida pendidikan, dimulai dari paling bawah adalah 6 tahun
sekolah dasar, diikuti diatasnya oleh 3 tahun sekolah menengah pertama dan 3
tahun sekolah menengah atas. Antara tahun 1948 hingga 1949, jumlah universitas bertambah
secara pesat dan 169 model baru universitas diinisiasi. Sehingga apada tahun
1949 itu pula Collage of Liberal Arts and Science didirikan bersamaan dengan
didirikannya Fakultas Pendidikan. Sedangkan berdirinya Sekolah Pascasarjana
(Graduate School) didirikan mulai tahun 1953 dan sistem pendidikan baru telah
sepenuhnya diimplementasikan.
Pada
masa Jepang memasuki periode percepatan ekonomi pada pertengahan tahun 1950-an,
kebutuhan untuk memperluas pelatihan peneliti dan teknisi datang baik dari
industri maupun pemerintah. Kementrian Pendidikan membuat rencana skala besar
guna meningkatkan jumlah angka mahasiswa pada sains dan teknik di universitas.
Merespon hal ini, Kyodai membuat departemen baru di Fakultas Sains dan Teknik.
Fakultas Teknik membuka 12 departemen pada tahun 1957 dengan jumalh mahasiswa
mencapai 1.653 dan pada tahun 1966 terdapat 22 departemen dengan mahasiswa
sebanyak 3.632. Lebih lanjut, pada tahun 1960 Fakultas Farmasi didirikan untuk
memperkuat dibidang sains Jepang.
Pada
masa tersebut muncul Profesor Yukawa Hideki dari Fakultas Sains yang telah
mendapatkan Nobel dibidang Fisika sebab membuat Teori Meson (Theory of The Meson). Pada tahun 1965,
Tomonaga Sin’itiro yang merupakan lulusan Physics Department Faculty of Science
(sama dengan Profesor Yukawa) juga memenangkan Nobel Prize dibidang fisika.
Kyodai juga terkenal dalam fieldwork di Asia Tengah, Asia Barat, dan Afrika
oleh para peneliti dari Fakultas Pertanian, The Institute for Research in
Humanities dan Fakultas sains. Pada tahun 1981 Profesor Fukui Kenechi dari
Fakultas Teknik mendapatkan Nobel Prize dibidang kimia. Pada tahun 1987
Tonegawa Susumu dari Departemen Kimia Fakultas Sains mendapatkan Nobel Prize
dibidang kedokteran dan biologi. Pada tahun 2001, Noyori Ryoji dari Departemen
Industri Kimia Fakultas Teknik mendapatkan Nobel Prize dibidang kimia dan pada
tahun 2008 Profesor Emeritus Masukawa Toshihide mendapatkan Nobel Prize
dibidang fisika.
PENDIRI KYOTO UNIVERSITY
Kyoto
Imperial University yang lebih dikenal dengan Kyodai berdiri pada bulan Juni
1897 (30 Meiji) sebagai universitas kedua di Jepang setelah Tokyo Imperial
University. Rektor pertama Kyodai adalah Kinoshita Hiroji yang lahir di
Kumamoto. Kinoshito Hiroji yang
mendeklarasikan kepada mahasiswa pada saat upacara penerimaan mahasiswa baru
yakni “this university is neither a
branch nor small-scale model of Tokyo Imperial University and emphasized that it was necessary for
Kyoto University to have a unique character”. Pada awal pidato pembukaan
upacara, Kinoshita sepenuhnya yakin bahwa “this
university treats its students as gentlement and scholars and not as children”. Salah satu mahasiswa Fakultas Hukum, Sasaki Soichi (setelah itu menjadi
profesor) mengatakan bahwa “Kinoshita’s
idea was to create a free and lively academic environment and that essentially having the right to
choose your electives required having confidence in those choices and at the
same time taking personal responsibility for them”.
KONTRUKSI THE CLOCK TOWER
Salah
satu simbol dari Kyodai yang sampai sekarang bisa dilihat adalah kontruksi The Clock Tower dan tentunya menjadi tempat yang paling mudah untuk dijadikan
tempat pertemuan ketika kita belum begitu mengenal Kyodai. Clock Tower yang
merupakan simbol dari Kyoto University dibuat pada tahun 1925. Kelas terluas di
universitas, Classroom No.1 adalah Fakultas Hukum dan Ekonomi yang berada di
lantai 1 dan Lantai 2 adalah Hall yang dipergunakan untuk bermacam – macam
kegiatan upacara, kantor rektor dan ruangan untuk tamu kehormatan. Pada tahun
2003 Clock Tower diperbaiki dan kantor administrasi akhirnya dipindahkan disini
dan disebut The Clock Tower Centennial Hall.
PERANG DUNIA DAN KYOTO UNIVERSITY
Pada
Oktober 1943 (18 Showa) yang dikeberlakukan penundaan mahasiswa (student deferments) dari daftar militer
yang pada prinsipnya adalah mahasiswa yang berasal dari Liberal Art yang sudah
berada di atas 20 tahun akan di data untuk dipaksa menjadi tentara dan ikut
perang. Istilah ini dikenal dengan gakuto
shutsujin “student mobilization into the military”. Sistem akademik
dipersingkat dan mulai tahun 1941, mahasiswa yang lulus kuliah akan dipanggil
untuk masuk menjadi militer, namun karena kondisi perang yang mendesak,
akhirnya mahasiswa aktif pun diminta untuk membantu perang. Lebih dari 2000
mahasiswa yang terdiri dari Fakultas Hukum, Sastra, Ekonomi maupun Pertanian
didaftarkan ke militer dan lebih dari 4500 mahasiswa aktif yang masuk ke
militer pada saat yang sama.
Kebanyakan
mahasiswa yang lahir sekitar tahun 1920 dan tumbuh pada masa perang ditangkap
untuk menjadi tentara meskipun diluar kontraol meraka karena pemerintah
membutuhkan tenaga mereka. Salah satu mahasiswa yang ikut berperang, Hayashi
Tadao pernah menulis dalam artikel berjudul Waga
Inochi Getsumei ni Moyu (My Life Burning in Moonlight) yakni “my feeling was to fight for the family I
loved, with whom I share ties of blood, and for beautiful Kyoto”.
BENDERA DAN LAGU UNIVERSITAS
Bendera
dan lagu kebanggan universitas diciptakan pada 11 Februari 1940. Nama lagu
mereka adalah “Imperial Rescript Bestowed
on Youth and Students”. Desain dari bendera dan lirik lagu universitas
diselesksi dari masyarakat luas yang mensubmit idenya.
PROBLEM ASRAMA PUTRI
Pada
tahun 1946 setelah Perang Dunia II, Kyoto University menerima 17 mahasiswi dan
merupakan mahasiswi pertama yang tercatat secara resmi yang terdiri dari 12
mahasiswi sastra, 2 mahasiswi sains dan masing – masing 1 mahasiswi di hukum,
ekonomi dan pertanian. Di bawah sistem universitas yang baru, angka mahasiswi
baru naik secara bervariasi mulai dari 10 hingga 20 mahasiswi tiap tahun hingga
tahun 1960. Pada waktu awal, angka asrama (boarding houses) untuk mahasiswi
hanya berada di Collage town of Kyoto tidak cukup menampung jumlah semua mahasiswi
dan semakin tahun dengan bertambahnya jumlah mahasiswi membuat masalah tempat
tinggal untuk perempuan semakin parah. Hingga akhirnya mahasisiwi bernegosiasi
dengan dekan kemahasiswaan dan presiden universitas untuk menggunakan rumah di
Yoshidayama (Bukit di belakang kampus), sebagian di Seifusou, asrama di
Hyakumamben yang diperuntukkan bagi mahasiswa.
PERGERAKAN MAHASISWA PASCA - PERANG DUNIA
Pergerakan
mahasiswapasca – perang dunia di Kyodai berpusat pada perubahan kembali
struktur Asosiasi mahasiswa universitas (University
Student Association) kembali menjadi organisasi mahasiswa. Diantara kondisi
sosial Jepang pembersihan berdarah (Red
Purge) dan dilanjutkan dengan Perang Korea, mahasiswa segera saja menjadi
dipolitisi. Kritik kepada pemerintah disertai dengan bentrokan yang
dilaksanakan atas otoritas universitas. Puncaknya terjadi pada tahun 1960
sewaktu Pergerakan Anpo (Anpo Movement) yang menolak perubahan perjanjian
keamanan negara dengan United State, bersama dengan staf universitas, para aktivis
mahasiswa menginisiasi pertemuan seluruh kampus untuk meminta pembubaran Diet.
PEMBERONTAKAN MAHASISWA (THE STUDENT REVOLT)
Dimulai
pada tahun 1968, pemberontakan mahasiswa diawali oleh amukan Tokyo University
dan Nihon University yang meluas ke seluruh negeri dan semakin memanas secara
drastis. Pemberontakan mahasisiwa di Kyodai dimulai pada pertengahan Januari
1969 dengan adanya blokade Departemen kemahasiswaan seperti halnya mahasiswa
Todai memblokade Auditorium Yasuda. Univeritas berusaha menyingkirkan blokade
tersebut dengan cara negosiasi maupun persuasi namun faksi yang berusaha
mempertahankan blokade akhirnya menang hingga pada hari ke 23 baru blokade
tersebut dapat disingkirkan. Cara yang digunakan untuk mencari dan
menyelesaikan isu internal tanpa melibatkan bantuan dari luar mereka sebut “The
Kyodai Method” yang berarti tidak bergantung kepada polisi namun lebih
mengintensifkan perlawanan antar faksi – faksi di mahasiswa itu sendiri.
Barikade
kemudian didirikan melingkari Fakultas Sastra dan Sains serta fakultas lain.
Mahasiswa saling menyerang dan bentrok antara para aktivis yang tergabung dalam
Join – Struggle Committee dengan mahasiswa yang menolak blokade terjadi
berulangkali. Kegiatan normal akademik dan penelitian menjadi mustahil. Ujian masuk
akademik untuk tahun 1969 dipindah dan dilakukan di luar kampus namun permulaan
kuliah ditunda. Mahasiswa yang tergabung dalam Join – Struggle Committee
memaksa masuk ke dalam upacara penerimaan mahasiswa dan diberikan otoritas
selama 1 menit. Kebanyakan kelas tidak dapat dilaksanakan karena adanya
ketakutan bentrokan akan kembali berlanjut sehingga univeritas memutuskan untuk
melibatkan kekuatan polisi untuk memecah blokade yang dibuat mahasiswa. Baru
pada bulan Desemner 1969 kampus kembali normal dan kelas dilaksanakan.
Itulah
beberapa informasi terkait dengan sejarah Kyoto University yang mungkin bisa
anda lihat di Permanent Exhibition di The Clock Tower Centennial Hall jika Anda
berkunjung ke Kyodai.
Semoga
memberi sedikit informasi kepada teman2 semua
Source: Kyoto University History Permanent Exibition book.
Next Chapter:
Jepang [Part 3]: Kyoto City "Thousand of Shrines"